Berita

Teliti Komoditas Sagu di Tana Luwu, Dosen UNCP Raih Gelar Doktor di IPB

BOGOR - Dosen UNCP Masluki SP.,MP., dibawah bimbingan ahli sagu dunia Prof. Dr. Ir. Bintoro M.Agr selaku ketua komisi promotor, Dr. Ir. Herdhata Agusta, MS dan Prof. Dr. Ir. Sudarsono, M.Sc. masing-masing bertindak sebagai anggota komisi promotor. Pomovendus berhasil mempertahankan kebaharuan riset disertasi pada tanggal 14 September 2022 di ruang sidang 1 dan 2 Departemen Agronomi dan Hortikultura Faperta IPB.

Masluki menyelesaikan S1 pada Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin tahun 2009 dan tahun 2010 melanjutkan S2 pada Program Studi Sistem Pertanian Universitas Hasanuddin. Pada tahun 2012 menjabat sebagai Ketua Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto.

Masluki-3

Mengangkat judul “Keragaman Morfologi, Produksi, Genetik dan Kimia Pati Sagu di Tana Luwu Provinsi Sulawesi Selatan”. Dalam keterangannya, Masluki menguraikan lima temuan baru terkait komoditas sagu Tana Luwu yang diharapkan dapat berkontribusi terhadap kemajuan persaguan di Indonesia. “Sagu merupakan salah satu pangan strategis masa depan yang potensial dalam memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri bahkan dunia,” ungkap Masluki.

Tana Luwu menjadi sentra komoditas sagu  di Sulawesi Selatan dengan luas areal  3.598 ha (DITJENBUN 2017). Produksi sagu sangat beragam terkait jenis, habitat dan teknik budidayanya.  Produksi sagu di Kabupaten Luwu Utara dapat mencapai > 250 kg pati kering pohon-1 (Kamma et al. 2021) dan mencapai 400 kg pohon-1 di Kabupaten Luwu (Bintoro et al. 2021). Pada umumnya tanaman sagu di Tana Luwu tumbuh alami dan semi budidaya (Hidayat et al. 2018).

Masluki

Sagu di Tana Luwu tumbuh secara homogen maupun heterogen pada berbagai tingkatan fase pertumbuhan dan bercampur berbagai aksesi dalam suatu areal. Tumbuhan sagu tumbuh menyebar pada habitat rawa mineral, pesisir, daerah aliran sungai, dataran menengah hingga dataran tinggi sehingga memerlukan eksplorasi untuk mengetahui keragaman dan potensi pengembangannya.

Novelty yang berhasil dikemukakan yaitu :Pertama, keragaman karakter kualitatif pola pertumbuhan akar berbeda berdasarkan kondisi genangan, Keberadaan duri dan garis berwarna putih pada racis dan petiol, pola garis pada racis anakan memiliki variasi yang berbeda pada setiap aksesi, sedangkan keragaman morfologi dan produksi pada enam aksesi terdiri atas dua kelompok utama dengan koefisien ketidakmiripan 0,07-0,93.

Masluki-1

Kedua, aksesi Kapa memiliki produksi tertinggi rata-rata 476,66 kg pati kering pohon-1 dari enam aksesi sagu yang ditemukan  di Tana Luwu. Umumnya sagu di Tana Luwu memiliki potensi produksi yang tinggi dengan nilai rata-rata 276,66 kg pati pohon-1. Aksesi Kapa, Uso, Kasimpo dan sabbe dapat dikembangkan menjadi klon unggul dikarenakan memiliki produksi > 200 kg pati pohon-1 sedangkan aksesi Ute dan Kiduri memiliki produksi yang tergolong rendah < 200 kg pati pohon-1.

Ketiga, berdasarkan lingkungan tumbuhnya ditemukan  rata-rata produksi  sangat tinggi  sebesar 332,95  kg pati kering pohon-1  pada DAS Makawa, DAS Lamasi, Das Rongkong dan rawa mineral Desa Waelawi Kecamatan Malangke Barat, produksi tergolong tinggi pada dataran menengah di Desa Pasamai Kecamatan Belopa sebesar 221,24 kg pati kering pohon-1 dan produksi rendah  yaitu 181,52 kg pati kering pohon-1 terdapat pada rawa pesisir Kelurahan Tobulung Kota Palopo.

Keempat, jarak genetik ketidakmiripan 0,08-0,33  terdiri atas enam kelompok dan terdapat 77 profil pita spesifik, jarak genetik terjauh dapat menjadi sumber informasi tetua dalam program pemuliaan tanaman. Kelima, kualitas pati sagu dari keenam aksesi telah memenuhi standar SNI 01-3729:2008 pada parameter kadar abu (maksimal 0,5%), sedangkan pada kadar air (maksimal 13%) dan serat kasar (0,5%) melebihi dari syarat mutu yang ditetapkan.

Twitter